Asal Nama Jombang dan Tradisi Budaya yang Harus Diketahui

 


Asal usul nama "Jombang" di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, memiliki kaitan dengan legenda tentang Kebo Kicak dan Surontanu. Meskipun legenda ini bersifat mitologis dan tidak dapat dipastikan kebenarannya secara historis, cerita ini telah menjadi bagian dari warisan budaya setempat. Berikut adalah cuplikan dari legenda tersebut:


Kebo Kicak dan Surontanu

Menurut legenda yang berkembang di masyarakat Jombang, cerita ini melibatkan dua tokoh utama, yaitu Kebo Kicak dan Surontanu. Kebo Kicak adalah seekor kerbau yang kuat dan gagah, sedangkan Surontanu adalah seorang putri cantik. Dalam cerita tersebut, Kebo Kicak jatuh cinta pada Surontanu.


Namun, cinta mereka tidak direstui oleh sang raja. Kebo Kicak kemudian diberi ujian untuk membuktikan kesetiaan dan keberanian. Salah satu ujian tersebut adalah menggali sumur dengan menggunakan tanduknya. Kebo Kicak berhasil menggali sumur tersebut dan menemukan air yang kemudian disebut "Jombang," yang artinya "air yang keluar dengan deras."


Sebagai penghargaan atas kesetiaan dan keberanian Kebo Kicak, sang raja akhirnya merestui pernikahan Kebo Kicak dengan Surontanu. Dari pernikahan tersebut, kabupaten ini kemudian dinamakan "Jombang" sebagai tanda penghormatan terhadap sumur (Jombang) yang ditemukan oleh Kebo Kicak.


Harap dicatat bahwa cerita-cerita legendaris seringkali memiliki variasi dan tafsir yang berbeda, dan asal usul nama suatu daerah bisa bersifat mitologis atau hanya cerita turun-temurun tanpa dasar sejarah yang pasti. Oleh karena itu, meskipun legenda Kebo Kicak dan Surontanu menjadi bagian dari identitas budaya Jombang, informasi tersebut sebaiknya diinterpretasikan dengan pemahaman akan sifat legendarisnya.

Tradisi-tradisi yang dilestarikan oleh masyarakat di Jombang, Jawa Timur, mencerminkan keberagaman budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Berikut adalah beberapa tradisi yang masih dilestarikan di Jombang:


1. Riyaya Undhuh Undhuh Mojowarno, Tradisi ini merupakan warisan budaya yang diakui oleh Pemerintah Kabupaten Jombang sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Riyaya Undhuh Undhuh Mojowarno mungkin melibatkan berbagai upacara atau kegiatan yang berhubungan dengan budaya setempat.


2. Weweh, Tradisi ini dilakukan pada malam 21 Ramadhan dan berasal dari bahasa Jawa, yakni "wewehono/nguwehi" yang berarti "membagi". Weweh adalah bentuk sedekah dan silaturahim antarsesama. Tradisi ini menjadi momen untuk meningkatkan hubungan baik dan berbagi dengan sesama.


3. Grebek Apem, Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur umat Islam menyambut bulan Ramadhan. Grebek apem melibatkan penyusunan kue apem menjadi gunungan yang kemudian disajikan kepada masyarakat. Ini adalah bentuk kebersamaan dan kegembiraan dalam menyambut bulan suci.


4. Kupatan, Tradisi ini dilakukan seminggu setelah Idul Fitri dan melibatkan makanan khas berupa beras yang dibungkus dengan anyaman dari janur, kemudian direbus hingga matang. Kupatan merupakan tradisi kuliner yang mungkin memiliki makna khusus dalam konteks budaya dan agama setempat.


5. Suroan, Tradisi ini merupakan perayaan Tahun Baru Jawa atau Tahun Baru Islam, dilakukan pada malam hari sebelumnya. Suroan mencerminkan nilai-nilai gotong royong dan kerukunan warga, di mana kegiatan ini diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat setempat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peminatan Audio Visual

Fasilitas Di Universitas Muhammadiyah Malang